Senin, 8 Maret 2021 10:28
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU – Ada yang unik dalam madu di hutan Artain Kabupaten Banjar, mengapa? karena jenis madu di desa tersebut dicari dari hutan dan didapatkan dari pohon linuh.
Pemilik pohon yang disarangi lebah hutan, Arifin, menjelaskan pohon tersebut memiliki 7-10 cabang yang disarangi lebah.
Setiap sarang mengandung madu 10-15 liter.
“Pohon yang ini lebih rendah dari Linuh yang ada di hutan sana,” katanya.
Arifin menuturkan untuk mengambil madu waktu yang paling baik adalah malam, tanpa penerangan.
Ini agar lebah tidak menyerang.
Biasanya ke hutan malam ketika bulan Purnama.
Kepala Desa Artain, Asmadi, menuturkan tahun ini sedang musim madu hutan.
“Ribuan liter madu sudah kami panen,” ungkapnya.
Ia berharap madu hutan Artain bisa menjadi ciri khas desa.
Selanjutnya Desa Artain menjadi sentra mandu.
Adapun Anggota Tim Media Info Tahura, Akhmad Rizani, mengemukakan madu Artain hanya bersarang di pohon Linuh, yang nama latinnya koompassea sp.
Pohon ini biasanya dimiliki seseorang berkaitan dengan adanya sarang lebah.
Sedangkan lebah yang bersarang di sana, menurut Rizani, bernama Avis dorsata.
Namun Rizani heran mengapa lebah itu lebih senang atau hanya bersarang di pohon Linuh.
“Ini perlu penelitian lebih dalam,” katanya.
Guna mendapatkan madu hutan dari pohon Linuh perlu menunggu musimnya.
Biasanya menjelang musim hujan.
“Untuk mendapatkan madu, warga Artain harus masuk hutan dua sampai tiga hari. Hasilnya bisa ratusan liter,” kata Rizani.
Untuk menaiki pohon Linuh, biasanya warga menggunakan tali dan rotan.
Warga juga membawa ember untuk menampung madu.
Mengantisipasi serangan lebah, pengambil madu membawa bara api dari serabut kelapa dan bahan sejenisnya.
“Kalau lagi musim, harganya Rp 150 ribu per liter. jika lagi belum musim harga bisa di atas itu,” kata Rizani.
Diuraikan Rizani, madu Artain memiliki kandungan air kurang dari 20 persen.
Sedangkan madu yang ideal kadar air 17-20 persen.
Agar madu Artain lestari, Rizani mengatakan akan dibuat aturan di desa itu untuk tidak menebang secara liar pohon terutama Linuh.
(Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)
Penulis: Nurholis Huda
Editor: Eka Dinayanti
Sumber: Banjarmasin Post
SUMBER: